Breaking

Wednesday, May 30, 2018

NILAI ETIS DAN ESTETIS PELIHARAAN MENURUT SAYA PRIBADI

Banyak orang yang menyebutnya Ayam Bangkok, Meski belum tentu memiliki hubungan geneaologi yang dekat dengan ayam-ayam dari Bangkok, Thailand,
Ayama Bangkok adalah nama untuk ayam-ayam petarung yang memiliki bobot badan lebih dari rata-rata ayam kampung,
memiliki pertualangan dan perototan yang lebih besar, berperawakan gagah, bermata tajam, dan memiliki suara kokok yang besar dan serak,


Sebtulnya Ayam bangkok asli dari Thailand, Ayam Bangkok lokal, dan Ayam kampung khas indonesia, memiliki moyang yang sama, Yaitu Ayam hutan merah <Red Jungle Fowl>.
Beberapa peneletian membuktikan dari tertua ayam kampung biasa, dapat di hasilkam turunan-turunan yang memiliki performen yang sama dengan Ayam Bangkok dari Thailand melalui teknik seleksi sederhana,

Misalnya Line Breeding Atau Mass Breeding, salah satu peneliti yang saya ketahui telah Berhasil membuktikan hal ini dari Ir. Surono Danu, Dari Lampung tengah.
Ayam Bangkok 'rekayasa' dapat di buat benar-benar mirip aslinya, Misalnya bobot pukulan yang berat, warna merah yang cerah dan menyala disertai bulu hitamnya yang agak bule atau kekuningan-kuningan.

Adanya bulu rawis di pangkal paha, suara yang berat dan serak, tahan pukul, berototan dan pertualangan yang besar dan kasar, serta type gaya tarung yang konservatif. dengan demikian sebetulnya istilah Ayam Bangkok sudah tidak relevan lagi, sehubungan dengan adanya kekacauan istilah ini,

Beberapa penghobi mencari istilah lain, misalnya Ayam Bangkok atau Ayam Laga, tidak peduli dari ras dan bangsa mana Ayam itu berasal.

Dari literature-literatur yang ada, telah diketahui bahwa buday sabung ayam sudah ada di Nusantara sejak berabad-abad yang lalu,
Salah satu cerita kuno menerangkan bahwa Raja pejajaran menyelipkan sebutir telur Ayam sabung di sisi keranjang anaknya yang di buang. kelak jika suatu ketika ada ayam yang mampu mengalahkan ayam-ayam kerajaan, maka di pastikan ayam tersebut adalah keturunan ayam sang Raja, yang notabenya berasal dari telur yang di selipkan di keranjang bayi..
demikianlah penggalan cerita manarah alias ciung wanara, si anak Raja yang di buang, yang akhirnya kembali ke istana lantaran ayam ciun wanara merajai berbagai kalang ayam di berbabgai tempat seluruh pulau jawa.

Dari literature-literatur di ketahui pula bahwa selain ayam kampung, beberapa ayam asli Indonesia yang biasa dijadikan Ayam sabung adalah Ayam Bali yang terkenal karena kelincahanya, Ayam Banten yang terkenal karena bobot pukulan dan ketahanan fisiknya, Ayam Ciparege yang terkenal karena pertualanganya yang besar, Ayam Batu dari Padang yang terkenal karena kecepatanya, dan masih banyak lagi.

POLEMIK ANTARA HOBI DAN JUDI

Ayam sabung identik dengan pearjudian meski tidak semua penghobi ayam sabung menyukai judi, Saya misalnya, menyukai ayam sabung karena kegagahanya yang memiliki nilai estetik, dan agresifitasnya yang mencirikan semangat hidup.
Memang sudah kodratnya ayam jantan itu pasti bertarung untuk mencapai kepastian status sosial mereka, bukan hanya ayam saja, hampir semua hewan memiliki naluri seperti itu,
ketentraman sosial hewan akan terkendali apabila telah terbentuk strata berdasarkan kekuatanya melalui pertarungan antar sesama.

Para Raja dan pembesar  dahulu kala menjadikan ayam sabung sebagai simbol status Ajang pertarungan ayam menjadikan media silaturahmi, tidak ada perjudian karenanyang dicari hanya kepuasan batin semata.

Di Bali, Sabung ayam menggunakan pisau adalah tradisi turun menurun yang memiliki nilai sakral, demikian pula di banyak tempat lainya di Indonesia.
Namun bagi Penghobi seperti saya, pertarungan ayam hanyalah media oleh fisik  (OLAHRAGA) yang alami untuk mencapai kebugaran, kesehatan, dan perototan yang baik tanpa menghilangkan sifat alamlah ayam-ayam itu, tujuan etis dan estetis dari pemeliharaanya,
Yakni menginspirasikan semangat hidup dan keindahan bentuk tak lebih.....




No comments:

Post a Comment